Senin, 03 Januari 2011

Editorial SyamAS I/Jan/2011: Tekanan

Sebagai wujud perhatian terhadap tahun baru baik Hijriyah maupun masehi, salah satu aplikasinya dalam kesempatan perdana ini adalah sebuah evaluasi. Disini evaluasi tertuju pada sebuah tekanan. Tekanan yang dimaksud adalah perhatian lebih terhadap suatu sisi sangat diperlukan sebagai wujud dari komitmen seseorang untuk melaksanakan suatu yang mereka inginkan. Konsentrasi penuh memang seharusnya selalu tertuju pada emphasis masing-masing. Lalu bagaimana dengan kita? Calon sarjana hukum Islam di STAIN Pekalongan?. Sudah menjadi rahasia umum kalau jurusan Syariah Prodi Ahwal Syakhshiyyah adalah salah satu ‘lungsuran’ mahasiswa yang sempat terbuang pada penyisihan awal (baca: ujian masuk STAIN Pekalongan) dari –Cuma- 3 jurusan yang ada. Entah ini keputusan pihak mana, yang pasti keputusan ini sangat besar imbasnya dirasakan bagi prodi lungsuran yang ternyata tidak hanya prodi AS saja ternyata. Keputusan tersebut menunjukkan kebijakan pendidikan setingkat mahasiswa yang dilematis antara memperbaiki kualitas ataukah kuantitas. Bukan main-main lagi, sebagai tekanan terhadap bidang ke AS an harus memperhatikan dasar hukumnya dan pertanyaan awal, entah “Qowaidul Khamsah” bagian mana yang dipakai.
Kenyataan awal diatas bukan semata-mata sebagai hal yang harus diperhatikan oleh kita sepenuhnya. Kenyataan ini memang benar-benar awal terjadi pada saat input yang bagus dipertaruhkan. Namun ternyata masih banyak permasalahan lain terjadi di Prodi AS ini. Termasuk dari mahasiswa sendiri baik yang lungsuran atau ‘bukan’. Tekanan mereka terhadap jalan pikiran (baca:pilihan prodi) mereka sendiri sama sekali tidak terlihat. Terbukti belum ada prestasi menonjol yang riil dari mahasiswa baik setingkat kampus maupun luar kampus. Bahkan jika ada orang yang menanyakan tentang perkembangan ke AS an baik dari hukum Islam dasarnya sendiri maupun yang kontemporer dalam setahun, belum tentu ada yang mau mengevaluasi, apalagi mau tahu. Ironis.
Apakah yang terjadi dengan tekanan atau perhatian lebih dari para stake holders yang ada terhadap perkembangan prodi AS sampai saat ini ? Pengaruh tekanan (dalam arti negatif) berupa tekanan kepentingan dari pihak-pihak yang hanya peduli Nama daripada Kemampuan masih dirasakan. Dan itu yang harus kita selesaikan bersama-sama. Kita berada pada pihak mahasiswa yang disini sebagai obyek karena berbagai kebijakan yang -sekali lagi- kurangnya tekanan, dan pastinya besar berpengaruh tertumpu kepada kita sang obyek.
Kalau kita sebagai mahasiswa mau sedikit saja meluangkan suatu kemampuan untuk sedikit mencoba sebagai subjek, tentunya kita akan sadar bahwa sedari dulu kita telah mundur dari jabatan salah satu bagian terpenting dari stake holders, karena seharusnya kita memang salah satu dari mereka. Itupun kalau mahasiswa tahu entitas dari apa yang dimaksud dari kata-kata asing ini. Seharusnya sikap pragmatis dan apatis -atau bagi yang tidak tahu kedua istilah itu bisa memahami dengan kata-kata acuh tak acuh- segera dihilangkan. Sikap berpikir sempit dan pendek ini akan mempengaruhi juga pada diri kita sebagai output STAIN Pekalongan dan generasi prodi AS berikutnya jika masih tetap mempertahankan budaya seperti ini.
Harapan berikutnya, semoga pada tahun 2011 ini, setelah diwisudanya S.Hi baru tahun lalu dan masih bulan lalu juga menyadarkan kita, sejauh mana tekanan kita terhadap konsentrasi keilmuan AS kita. Masihkah kita selalu merasa puas hanya untuk cepat lulus bahkan lebih cepat dari teman seangkatan, ip tinggi dan nama bertambah panjang dengan gelar, sekolah dengan kebanggaan beasiswa tanpa perhatian kualitas, dan harapan naïf lainnya. Semoga wisuda kemarin akan membuktikan pertanyaan negative tersebut. Dan bagi mahasiswa yang masih sama-sama berjuang di prodi AS STAIN Pekalongan marilah di tahun ini kita bersama-sama mengevaluasi diri kita dan situasi sekitar mereka dengan media baru ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar